Monday, January 28, 2013

Menulis a la Burung Hantu penjaga portal #[2]

Hey hoy...
Saya kembali membawatips-tips sesat menulis a la burung hantu ... hoohoohoo...

Review sedikit, di post Menulis a la Burung Hantu penjaga portal [1] dulu, saya sudah kasih beberapa point yang GAK penting dalam menulis cerita. Iya kan? Ada kan?

Point-point tersebut adalah: Imajinasi, Ide, Riset, Drafting, dan Tulis!
Gimana? Ada yang sudah mencoba? Saya yakin kalian pasti semakin sesat... Muahahahahaha... *digampar*

Bolehkan kalau saya berasumsi kalian sudah menulis cerita? Boleh aja lah ya? Biar cepet!

Okay, Lanjut!

Setelah cerita jadi-selesai, cerita itu bisa dibilang belum matang. Cerita itu belum berbumbu dan rasanya masih hambar. Dia masih harus melewati proses pematangan dan pembumbuan. Caranya melalui proses proofreading, editing, revisi, proofreading lagi, editing lagi, revisi lagi. Yup. 3 proses itu bisa berulang sampai puluhan kaliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii, ratusan bahkan ribuan lapis. Ciyus!

3 proses itu adalah proses yang sebenarnya sangat dibenci oleh penulis (saya)! Dan karena proses itu juga kadang seorang penulis bisa jadi down bahkan berantem! Ciyus![2]

Proofreading
Saya gak akan jelasin proofreading itu artinya, silakan buka kamus dan baca artinya sendiri.

Di situs-situs tentang menulis lain, kalian pasti sering baca kalimat yang menyatakan betapa pentingnya proofreading itu. Well, itu memang benar. PR memang sangat penting hukumnya dalam dunia tulis-menulis.
Kalau kalian kirim naskah mentah ke penerbit, lalu diterima, jangan dikira kalian aman dari yang namanya tahap ini, editor berperan sebagai pembimbing, bukan pengobrak-abrik naskah mentah (kecuali memang ada kesepakatan di awal) jadi kalian tetap harus PR naskah kalian sendiri.

Saran saya, cari teman-teman yang berbaik hati dan terpercaya untuk tidak menyebarluaskan naskah kalian untuk mem-proofread. (hal ini sering dilakukan kok, jadi wajar aja). Saran dan masukan dari mereka bisa jadi sangat penting untuk keberlangsungan nasib naskah. (Okay, saya gak tahu ngomong apa) 

Dengan melakukan proses ini, kalian akan dapat banyak point letak kelemahan naskah kalian. Dari hal simpel deh, masalah yang paling banyak dianggap tak penting oleh penulis:
  • EyD: Kata, Ejaan, dan Tanda Baca adalah hal yang fital dalam kalimat. Di Kata dan Tanda Baca itulah letak emosi tulisan tersalur. Jadi kalau kalian lemah dalam hal ini, silakan cari proofreader yang memang paham soal EyD (walau EyD bukan cuma melingkupi perihal tiga itu doang, but you get the idea). 
  • Kalimat-kalimat gak penting, mendayu-dayu atau paragraf-paragraf yang cuma berputar di satu masalah saja, Diksi yang kurang variatif, semua ini juga bisa kejaring sama proses proofreading
  • Dan yang gak kalah penting lagi, lubang-lubang dalam cerita kalian. Inkonsistensi, Ketidak-masuk-akalan suatu adegan atau masalah. Kemudahan-kemudahan yang didapat si Karakter, Penokohan, dll.
  • Alur! Alur! Alur! Penulis kadang suka gak bisa melihat alur ceritanya yang berantakan. Inilah mengapa para PR itu penting. 
  • Dan banyak kelemahan-kelemahan lainnya yang bisa terdeteksi dengan proses proofreading
Setelah mendapatkan point-point penting tentang kelemahan cerita. Jangan lupa dicatet dan diserap. Tabu hukumnya (menurut saya) mengabaikan kerja para proofread yang sudah bersedia membantumu (apalagi yang gratisan, banyak loh di luar sana yang menjual jasa proofread). 

Ambil sisi baiknya, buang jauh-jauh sisi buruknya. 



Editing
Setelah dapat titik-titik lemah naskah, tiba waktunya untuk meng-edit! Proses ini lebih mudah karena sudah tahu di mana tempat yang harus di-edit. Caranya:

  • Buang yang memang tidak diperlukan -narasi lebay, dialog gak penting, dll. 
  • Tambal lubang-lubang yang sempat hilang, emosi yang kurang tersalur, dll. Buang/Perbaiki adegan-adegan tak masuk akal, konflik-konflik lebay, dll. 
  • Benahi EyD, Diksi, Kalimat, dll.

Kalian sudah tahu pasti apa aja yang harus di-edit. Jadi saya gak akan kasih contoh panjang-panjang.

Revisi
Setelah naskah di-edit, waktunya membaca ulang keseluruhan cerita. Dari awal sampai akhir. Kata perkata, kalimat per kalimat, paragraf per paragraf. Kalau masih ada yang terasa kurang, balik lagi ke editing, tambal lagi, benahi lagi, Baca ulang lagi!
Kalau sudah direvisi sendiri, minta tolong lagi sama para Proofread untuk mengulang proses proofreading naskahmu. Ulangi sampai kau puas. :3


Entah: "Woelah ka, nulis cerita aja repot banget sih. Tinggal diketik lalu di-post aja apa susahnya sih!"
Saya: "Hey! Menulis Cerita emang suatu proses yang merepotkan. Jangan samakan menulis cerita dengan menulis curhat di status/diary atau mengirim sms ke pacar. Karenanyalah Menulis itu Keren!"


Sampai jumpa di sesi Menulis a la Burung Hantu penjaga portal selanjutnya. Semoga bermanfaat.







(gif found here)

No comments:

Post a Comment